Senin, 24 Desember 2012
Selasa, 27 November 2012
Jumat, 26 Oktober 2012
“Sejarah Idul Adha”
Kata
Idul Adha artinya kembali kepada semangat berkurban. Berbeda dengan Idul Fitri yang artinya kembali kepada fitrah. Bila Idul
Fitri berkaitan dengan ibadah Ramadhan,
di mana setiap hamba Allah selama Ramadhan benar-benar disucikan sehingga
mencapai titik fitrah yang suci, tetapi dalam Idul Adha tidak demikian. Idul Adha
lebih berupa kesadaran sejarah akan kehambaan yang dicapai nabi Ibrahim dan nabi Ismail alaihimus salam. Karenanya di hari
tersebut ibadah yang paling utama adalah
menyembelih kurban sebagai bantuan terhadap orang-orang miskin.Dalam surah Ash Shaffat 100-111, Allah swt menggambarkan
kejujuran nabi Ibrahim dalam melaksanakan ibadah kurban.
Indikatornya dua hal:
Pertama,
al istijabah al fauriyah yakni kesigapannya dalam melaksanakan perintah
Allah sampai pun harus menyembelih putra kesayangannya. Ini nampak ketika nabi Ibrahim langsung menemui putranya Ismail begitu mendapatkan
perintah untuk menyembelihnya. Di saat yang sama ia langsung menawarkan
perintah tersebut kepadanya.
Allah berfirman: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpibahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!”.
Dan ternyata al istijabah al fauriyah ini nampak juga pada diri Ismail ketikA menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamuakan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Kedua,
shidqul istislam yakni kejujuran dalam melaksanakan perintah. Allah berfirman: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).” Inilah pemandangan
yang sangat menegangkan. Bayangkan seorang ayah dengan jujur sedang siap-siap melakukan penyembelihan. Tanpa sedikitpun
ragu. Kata aslamaa yang artinya keduanya berserah diri menunjukkan makna
bahwa penyerahan diri tersebut tidak hanya
terjadi sepihak, melainkan kedua belah pihak baik dari Ibrahim maupun Ismail. Di sanalah hakikat
kehambaan benar-benar nampak. Bahwa sang
hamba tidak ada pilihan kecuali patuh secara tulus kepada Tuhannya. Suatu teladan kehambaan yang harus ditiru setiap orang
beriman yang berjuang menuju derajat kehambaan. Karenanya pada ayat 100 setelah
itu, Allah menegaskan bahwa keduanya benar-benar hamba-Nya, Allah berfirman:
“Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”Dari sini
nampak bahwa untuk mencapai derajat kehambaan sejati, tidak ada lain kecuali dengan membuktikan al istijabah, al fauriyyah dan shidqul istislam
Nabi Ibrahim dan nabi
Ismail telah membuktikan kedua hal tersebut. Allah swt. yang Maha Mengetahui telah merekamnya. Bila Allah yang
mendeklarasikannya maka itu persaksian
yang paling akurat. Tidak perlu diperbincangkan lagi. Bahkan Allah swt, mengabadikannya
dengan menjadikan hari raya Idul Adha. Supaya semua hambaAllah setiap
tahun selalu bercermin kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Dengan demikian, esensi Idul Adha bukan semata
ritual penyembelihan kurban, melainkan lebih dari itu, membangun semangat
kehambaan nabi Ibrahim dan nabiIslamil dalam kehidupan sehari-hari. Syariat berkurban merupakan warisan ibadah yang
paling tua. Karena berkurbanmulai
diperintahkan saat Nabiyullah Adam ‘alaihis salam tidak menemukan carayang adil dalam menikahkan anak-anaknya yang kembar.
Meskipun sudahdiputuskan menikah
secara silang. Sampai akhirnya Allah swt mewahyukan agar kedua anak Adam,
Habil dan Qabil melaksanakan kurban untuk membuktikan siapa yang
diterima. Habil berkurban dengan ternaknya –unta- dan Qabil berkurban dengan
tanamannya gandum. Sampai disini Allah swt sebenarnya ingin menguji
hamba-hamba-Nya, mana yang dengan suka-rela
menerima perintahnya, dan mana yang menentangnya. Habil dengan ikhlas mempersembahkan kurbannya dan
karenanya diterima. Sedangkan Qabil
karena tidak tulus dalam menjalankan perintah berkurban, tidak diterima, sehingga
dengan nekad juga ia membunuh saudaranya, inilah peristiwa
pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia “Wahai Ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Engkau
akan menemukan diriku termasuk orang yang penyabar. ”Rangkaian kisah
hebat itu Allah swt rekam dalam Al-Qur’an, “Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yangamat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalammimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” iamenjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar”. Tatkala keduanya Telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalahkesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia:
“Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamuTelah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya
Demikianlah kami memberi balasankepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujianyang nyata. Dan kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar. Kamiabadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang datangKemudian. (yaitu) “Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim”. Demikianlah kamimemberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.” A(s-Shaffat:100-110)Syariat itu kembali diaktualisasikan oleh nabi akhir zaman, NabiyullahMuhammad saw dan kita sebagai umatnya. Perintah
itu digambarkan dalam surat pendek, surat Al-Kautsar: 1-3“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak. Makadirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
Sesungguhnya orang-orangyang membenci kamu dialah yang terputus.”
Sebelum Allah swt memerintahkan berkurban, terlebih dulu
Allah swtmengingatkan betapa nikmat pemberian Allah swt begitu
banyak “Al Kaustar”, atau juga
berarti telaga kautsar di surga.Kalau kita
mencoba merenung, nikmat Allah swt yang besar adalah nikmatdiciptakanya
kita sebagai manusia. Makhluk Allah swt yang paling mulya dan paling baik
bentuknya, “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yangsebaik-baiknya.” (At-Tiin:4) Nikmat
menjadi peran khalifatullah fil ardli, perwakilan Allah swt untuk memakmurkan bumi dan isinya. “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada paramalaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.”(Al-Baqarah:30) Nikmat anggota badan yang begitu menakjubkan dan luar biasa.
Betapa sangat mahalnya kesehatan itu ketika satu mata dihargai ratusan juta.
Makanya Allah swt kembali mengingatkan “Dan pada diri kalian, apakah kalian
tidak memperhatikan?”(Adz-Dzariyat:21)Dan
yang paling besar anugerah Allah swt adalah nikmat Iman dan Islam. Inidigambarkan
Allah sendiri, ”Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Ma’idah:3)Setelah Allah swt menyebut nikmat-nikmat yang
begitu banyak itu, Allah swtmengingatkan hamba-hamba-Nya agar mau melaksanakan
perintah-perintah-Nya: perintah shalat lima waktu atau shalat Idul Adha
dan berkurban sebagai bukti rasasyukur kepada-Nya.
Bahkan
Rasulullah saw memerintahkan berkurban dengan bahasa yang tegas dan lugas bahkan disertai ancaman. Ancaman untuk tidak
dekat-dekat dengan tempat shalat atau dengan istilah lain tidak diakui
menjadi umat Muhammad “Dari Abu Hurairah
ra., nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban,
maka janganlah ia menghampiri(mendekati) tempat shalat kami”. (Hadits
Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah). Berkurban tidak
sekedar mengalirkan darah binatang ternak, tidak hanya memotong hewan kurban, namun lebih dari itu,
berkurban berarti ketundukan total terhadap
perintah-perintah Allah swt dan sikap menghindar dari hal-hal yangdilarang-Nya.Allah swt ingin menguji hamba-hamba-Nya dengan
suatu perintah, apakah iadengan
berbaik sangka kepada-Nya dan karenanya melaksanakan dengan baik tanparagug-ragu?
Laksana Nabiyullah Ibrahim. Berkurban adalah
berarti wujud ketaatan dan peribadatan seseorang, dan karenanya seluruh sisi
kehidupan seseorang bisa menjadi manifestasi sikap berkurban. Atau seperti Qabil yang menuruti logika otaknya
dan kemauan syahwatnya, sehingga dengan perintah berkurban itu, ia malah
melanggar perintah Allah swt dengan membunuh saudara kembarnya sendiri?
Ia berusaha mensiasati perintah Allahswt
dengan kemauannya sendiri yang menurutnya baik. Namun di situlah letak permasalahannya:
ia tidak percaya perintah Allah swt.? Berkurban
juga berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan memotong kemauan syahwat
yang selalu menyuruh kepada kemunkaran dan kejahatan.
Seandainya sikap ini dimiliki oleh umat Islam,
subhanallah, umat Islam akan maju dalam segalanya. Betapa tidak, bagi yang berprofesi
sebagai guru, ia berkurbandengan ilmunya. Pengusaha
ia berkurban dengan bisnisnya yang fair dan halal. Politisi ia berkurban demi kemaslahatan umum dan
bukan kelompoknya. Pemimpinia berkurban untuk kemajuan rakyat dan
bangsanya dan begitu seterusnya. Kita berani
menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan dengan kemauan kelompok, atau keinginan pribadi yang bertentangan
dengan syariat. Bahkan kemauan kelompok namun bertentangan dengan
perintah Allah swt. Dengan semangat ini,
bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan dihilangkan di
bumi pertiwi ini. Biidznillah. Karena itu Allah swt menegaskan dalam
firman-Nya,”Daging-daging unta dan darahnya
itu sekali-kali tidak dapat mencapai(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya
untuk kamu supaya kamu mengagungkanAllah
terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang berbuat baik.” (Al-Hajj:37)
REFERENSI :
Anonim.
2009. Sejarah Idul Adha. http://www.scribd.com/doc/24161023/Sejarah-Idul-Adha (26
Oktober 2012)
Minggu, 21 Oktober 2012
Jumat, 19 Oktober 2012
Selasa, 09 Oktober 2012
TAWURAN ANTAR PELAJAR
NAMA : FEBRY ARYANTO
NPM : 12410701
KELAS : 1IB02
MATKUL : ILMU SOSIAL DASAR#
Maraknya tingkah laku agresif
akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja merupakan sebuah kajian yang
menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja
sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini
atau setidaknya mengurangi.
Tawuran pelajar dipicu oleh banyak
faktor. Pada tingkat mikro, rendahnya kualitas pribadi dan sosial siswa
mendorong mereka berprilaku yang tidak pronorma. Pada tingkat messo, buruknya
kualitas dan manajemen pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang
dilampiaskan pada tindakan negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro,
persoalan pengangguran, kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan
tinggi bagi terbentuknya masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan
harapan untuk hidup layak.
Beberapa tahun lalu beberapa siswa dari
sebuah sekolah swasta ditangkap polisi karena membacok siswa SMK 5 Semarang.
Mereka terancam dikeluarkan dari sekolah dan dihukum penjara. Wali Kota Sukawi
Sutarip mendukung bila sekolah mengeluarkan siswa yang terlibat tawuran. Bahkan
ia mengatakan, semua sekolah di Semarang tidak boleh menerima siswa itu lagi.
Akankah tindakan
seperti itu dapat menyelesaikan masalah?
Adapun
solusi agar angka atau jumlah Tawuran tersebut berkurang, antara lain :
1. Hilangkan budaya OSPEK di
Sekolah.
2. Canangkan kembali Program “Penataran
P4″ Untuk siswa baru (pengganti ospek).
3. Galakkan Pertukaran Pelajar
di berbagai wilayah, karena pelajar lain bukanlah musuh, tapi kawan.
4. Hukuman dalam bentuk “Pelayanan
Masyarakat” selama 1 tahun (dilaksanakan setelah jam sekolah).
REFERENSI ;
Anonim. 2012. Tawuran Antar Pelajar.
Herry, Just I’m. 2012. Makalah Tawuran Antar Pelajar.
http://imherry.blogdetik.com/2012/09/27/beberapa-penyelesaian
masalah-tawuran-antar-pelajar-versi-saya/ (7 Oktober 2012)
Rusdani, Inung Dan Kawan-Kawan. 2011. Tawuran Antar Pelajar.
2012)
Langganan:
Postingan (Atom)